BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes
zoster dan herpes genital dapat muncul disepanjang tahun karena tidak
dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada
perbedaan angka kesakitan antara laki-laki dan perempuan, angka kesakitan
meningkat dengan peningkatan usia. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah
menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh
virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela,
virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan
aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun.
Herpes
zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa
herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,
penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3
subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat
khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya
menetap dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini
pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. Secara in vitro virus
herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus
pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi
meliputi virus spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine
(thymidine) kinase yang disintesis di dalam sel yang terinfeksi.
Herpes
genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada
alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe
HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital.
Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan
rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan
tipe 2 mengenai daerah genital.
HSV dapat
menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai
keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus.
Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli,
seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi
dan lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Untuk
menghindari pembahasan yang meluas maka dalam rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah virologi dan untuk mengkaji lebih lanjut
tentang virus herpes.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat
memberi informasi mengenai virus terutama virus herpes baik dari defenisi,
ciri-ciri, pengklasifikasiannya serta penyebab-penyebab penyakitnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Herpes Zoster
1.
Defenisi
Herpes zoster
adalah radang kulit akut dan setempat disebabkan oleh virus, terutama terjadi
pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut
saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi
ini merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah
menetap dalam bentuk laten setelah infeksi oleh virus.
2.
Etiologi
Herpes zoster
disebabkan oleh Varisella Zoster Virus
yang mempunyai kapsid tersusun dari 162 subunit protein dan berbentuk simetri
ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm
dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Virus varisela dapat menjadi laten di badan sel saraf, sel
satelit pada akar dorsalis saraf, nervus kranialis dan ganglio autonom tanpa
menimbulkan gejala. Pada individu yang immunocompromise, beberapa tahun
kemudian virus akan keluar dari badan saraf menuju ke akson saraf dan
menimbulkan infeksi virus pada kulit yang dipersarafi. Virus dapat menyebar
dari satu ganglion ke ganglion yang lain pada satu dermatom.
3.
Manifestasi
klinik
a. Gejala prodromal sistematik (demam,
pusing, malese) maupun gejala prodomal local (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
b. Setelah itu timbul eritema yang
dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok, vesikel ini berisi cairan
yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan
krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
c. Gambaran yang khas pada herpes
zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hamper selalu unilateral.
Menurut daerah penyerangnya dikenal
:
a) Herpes zorter of taimika : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zorter servikali : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zorter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zorter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zorter sakralis :
menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zorter atikum :
menyerang telinga.
4.
Klasifikasi
Herpes Zoster
a. Herpes
zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes
zoster yang mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari
cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral
pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak
kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
b. Herpes
zoster fasialis
Herpes
zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.
c. Herpes
zoster brakialis
Herpes
zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
d. Herpes
zoster torakalis
Herpes
zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
5.
Faktor Resiko Herpes Zoster
a. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi
ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua
usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
b. Orang yang mengalami penurunan kekebalan
(immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan
manifestasi pertama dari immunocompromised.
c. Orang dengan terapi radiasi dan
kemoterapi.
d. Orang dengan transplantasi organ
mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
6.
Potofisiologi
Herpez zoster disebabkan oleh
varicello zoster (VZV). Selama terjadinya infeksi varisela, VZV meninggalkan
lesi dikulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf sensorik. Kemudian
secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf sensorik. Dalam
ganglion ini, virus memasuki masa laten dan disini tidak infeksios dan tidak
mengadakan multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya
infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita
mengalami manurun, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi
dan menyebar di dalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta
menjadi inflamasi yang berat dan biasanya disertai nevralgia yang hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti
serabut saraf sensorik/sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada
ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk
erupsi horpes zoster.
a. Neurologi pasca herfetike
Rasa
nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan neuralgia ini dapat berlangsung
berbulan-bulan sampai beberapa tahun.
b. Infeksi sekunder
Oleh
bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan meninggalkan bekas
sebagai sikatritis.
c. Pada sebagian kecil penderita dapat
terjadi paralysis motorik, terutama bila virus juga menyerang ganglion anterior
bagian motorik kranialis. Terjadi biasanya 2 minggu setelah timbul erupsi.
7.
Komplikasi herves zoster
a. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri
yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus
yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
b. Herpes
zoster menghilang, batasan waktunya adalah
nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan
nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
c. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat,
mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
d. Komplikasi mata, antara lain :
keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis,
korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
e. Herpes
zoster diseminata / generalisata
f. Komplikasi sitemik, antara lain :
endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal
leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2
terkahir ini merupakan komplikasi
herpes zoster optalmik).
8.
Pemeriksaan
diagnostic pada Herpes zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari
impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi
virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes
antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent :
mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemerikasaan mikroskop electron
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat
VV
h. Deteksi antibody terhadap infeksi
virus
9.
Penatalaksanaan
Herpes zoster
a. Pengobatan
a) Pengobatan topical
i.
Pada
stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah
ii.
Bila
vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
iii.
Apabila
lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin /
polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
b) Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat
mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan
infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat
diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada
hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang
kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A,
Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. Kortikosteroid
dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun
penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan
respon immune.
Analgesik
non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin
diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b.
Penderita
dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan
hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan
konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan
mydriatik, anti virus dapat diberikan
c.
Neuralgia
Pasca Herpes zoster
a) Bila nyeri masih terasa meskipun
sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan
trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
b) Tindak lanjut ketat bagi penanganan
nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
c) Intervensi bedah atau rujukan ke
klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
B.
Herpes
Genitalis
1.
Defenisi
Herpes genitalis merupakan infeksi
pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar
eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1
dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering
ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi
genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah
genital.
2.
Penyebab
herpes genitalis
Penyebab
dari penyakit herpes genitalis adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2.
HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).
Kejadian penyakit ini sangat cepat
akhir-akhir ini. Penyakit ini tak dapat diberantas secara tuntas dan sering
kumat-kumatan, dan dapat menimbulkan komplikasi pada saat hamil dan persalinan.
Herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.
a.
Tipe
1 : keganasan rendah, menyerang terutama sekitar mulut
b.
Tipe
2 : ganas, menyerang alat kelamin
c.
Penyebab
: virus Herpes Simpleks
d.
Perantara
: manusia, bahan yang tercemar virus
e.
Tempat
virus keluar : penis, vagina, anus, mulut
f.
Cara
penularan : kontak langsung
g.
Tempat
kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
3.
Gejala
penyakit herpes genitalis
Pada wanita penyakit ini biasanya
tanpa gejala, tapi dapat menularkan penyakit. Penularan hampir selalu terjadi
melalui hubungan seksual. masa inkubasi 3-5 hari, kemudian pada daerah kemaluan
timbul gerombolan vesikel, di atas kulit kemerahan dan dirasakan nyeri, bila
pecah meninggalkan bekas. Sering disertai pembesaran kelenjar yang nyeri.
Penyakit sembuh dalam 2-3 minggu. Penyakit sering kumat, timbul pada tempat
yang sama dan biasanya lebih ringan dari gejala infeksi pertama. Faktor yang
mempengaruhi kekambuhan biasanya adalah kelelahan fisik dan stress mental, atau
infeksi sistemik lainnya. Hubungan seksual yang berlebihan dengan banyak
pasangan meningkatkan kemungkinan berhubungan dengan orang yang sudah kena.
Komplikasi pada wanita hamil dapat
ditularkan melalui ari-ari atau pada saat melahirkan, dapat menyebabkan
keguguran, kematian janin atau cacad permanen. Di samping itu, dapat pula
menyebabkan kanker serviks.
Gejala
awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.
Penderita
bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka
akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut. Kelenjar
getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya
lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan
mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.
Pada pria,
lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit
depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa
terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan
seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar
anus atau di dalam rektum.
Pada
penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV),
luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama
beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.
Gejala-gejalanya
cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus
menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi
kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1 mengalami
pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister
atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di
kedua daerah tersebut. Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan
kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua
tidak terlalu berat
Tanda
utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah
anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau
paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
a. Nyeri dan disuria
b. Uretral dan vaginal discharge
c. Gejala sistemik (malaise, demam,
mialgia, sakit kepala)
d. Limfadenopati yang nyeri pada daerah
inguinal
e. Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda :
a. Eritem, vesikel, pustul, ulserasi
multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
b. Limfadenopati inguinal
c. Faringitis
d. Cervisitis
4.
Macam-macam
Herpes genital
a. Herpes genital primer
Infeksi
primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan
oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan
biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala. Erupsi dapat didahului
dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza.
Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan
cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering
pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.
b. Herpes genital rekuren
Setelah
terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada
faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada
antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat
infeksi primer. Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan,
demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan
beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus
dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV
berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka
akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul
luka di tempat terjadinya outbreaks
5.
Komplikasi
herpes genitalis
HSV dapat menimbulkan serangkaian
penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis,
ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut
menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli
penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain
sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang
berbeda dengan infeksi rekuren. Setelah terjadinya infeksi primer virus
mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh
reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit.
Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali
sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita
Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya
sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat
ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya
kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit
atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang
disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Komplikasinya
jug adapt dilihat seperti berikut:
a. Infeksi herpes genital biasanya
tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada
sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi
outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama.
Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang
disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun
terkadang dapat juga disebabkan HSV
b. Herpes dapat menyebabkan penyakit
mata yang serius termasuk kebutaan. Wanita hamil yang menderita herpes dapat
menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau
mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul
herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat
melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan
atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%,
separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
6.
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang paling
sederhana adalah Tes Tzank diwarnai dengan pengecatan giemsa atau wright, akan
terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan
ini umumnya rendah. Cara pemeriksaan laboratorium yang lain adalah sebagai
berikut.
a. Histopatologis
Vesikel
herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan
inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang
merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk
vesikel.
b. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan
Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:
a) ELISA mendeteksi adanya antibodi
HSV-1 dan HSV-2.
b) Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang
mempunyai sensitivitas yang tinggi.
c. Kultur
virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang
dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada
stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada
stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil
dari lesi ulkus atau krusta. Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat
menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena
kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang
tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup
tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.
7.
Diagnosis
Secara
klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan
dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2.
diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisis jika gejalanya
khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun
hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat
dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan
menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang
dicurigai sebagai herpes.
Pada
stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut
tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain,
termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui
mikroskop elektron atau kultur jaringan. Komplikasi yang timbul pada penyakit
herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan
infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat
menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan
pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus
dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis.
Herpes
genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan
sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan
mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer.
Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi
anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital.
8.
Pengobatan
a. Tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya
serangan.
b. Jumlah serangan bisa dikurangi
dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan
efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
c. Obat ini mengurangi jumlah virus
yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga
bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan
pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.
d. Sampai sekarang belum ada obat yang
memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu
diperhatikan, seperti :
a) Menjaga kebersihan local
b) menghindari trauma atau faktor
pencetus.
e. Penggunaan idoxuridine mengobati
lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl
sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek
samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit
dapat juga terjadi.
f. Meskipun tidak ada obat herpes genital,
penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk
menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan
mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani
herpes genital adalah :
a) Asiklovir (Zovirus)
b) Famsiklovir
c) Valasiklovir (Valtres)
g. Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.
h. Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
i.
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari.
Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
j.
Herpes
genitalis adalah kondisi umum terjadi yang dapat membuat penderitanya tertekan.
Pada penelitian in vitro serta penelitian in vivo, povidone iodine
terbukti merupakan agen efektif melawan virus tersebut, mendapatkan hasil
memuaskan secara klinis dari povidone iodine dalam larutan aqua untuk mengobati
herpes genital.
k. CDC (Center For Disease Control and
Prevention), merekomendasikan penanganan supresif bagi herpes genital untuk
orang yang mengalami enam kali atau lebih outbreak per tahun.
l.
Beberapa
ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada
saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah.
Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.
m. Sejauh ini pilihan sectio caesaria
itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggaris bawahi apakah penggunaan
antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis.
9.
Pencegahan
Hingga
saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat
menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah
yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang
berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di
samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan
dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Upaya pencegahannya adalah sebagai berikut :
a.
Mendeteksi
kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
b. Mendidik seseorang yang berisiko
tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi
transmisi penularan.
c. Mendiagnosis, konsul dan mengobati
individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
d. Evaluasi, konsul dan mengobati
pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
e. Skrining disertai diagnosis dini,
konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.
10.
Gambar
Herpes Genitalis
a. Untuk laki-laki
b. Untuk perempuan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Herpes
zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus
berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa
herpes viridae.
Herpes
genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada
alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha). Penyakit ini
disebabkan oleh virus herpes simpleks.
B.
Saran
Setelah membaca ini sebaiknya kita lebih
berhati-hati dengan virus herpes yang dapat menyerang kapan saja terutama
berhati-hati terhadap herpes genitalis.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddart. 2002. Edisi 8,
Vol 2. Jakarta: EGC
Price,
Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi :
konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
Judith M.
Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Noc. Jakarta : EGC
Djuanda,
Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin, Edisi ke Dua. Jakarta : FKUI
Harahap, Marwali.2000. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates:
Jakarta.
Smeitzer,
Suzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan
Medical-Bedah Brunner & Suddarth. EGC: Jakarta
Corey L,
Wald A, Genital herpes. In Sexually Transmitted Disease, Holmes K.K, Mardh PA,
Sparling PF, Lemon SM, Stamn WE, Piot P, etc (ed) Third edition 2000. New
York:McGraw-Hill, p 285-305.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar